Sebenarnya manusia diciptakan oleh Alloh dengan sempurna. Kesempurnaannya melebihi ciptaan lainnya seperti hewan. Bahkan malaikat-pun terkalahkan oleh manusia. Tentu saja jika manusia mampu menggunakan nalar yang ia punya untuk taat kepada penciptanya. Namun pada kenyataannya manusia hilang nalarnya jika sudah terjangkit penyakit akut yang bernama fanatik. Tentu saja pengertian fanatik disini tak lain fanatik buta.
Suatu ketika saya di-unen-uneni bahwa saya disebut sesat hanya karena tak mau ikut ngaji pasca meninggalnya mbah saya -rohimahalloh, dengan dalih klasik tak mau mendoakannya. Aneh sekali... Kenapa saya menyebutnya aneh ???? Bukankah acara atau ritual ngaji pasca meninggalnya seseorang hingga hari ke-7 itu tak lain adalah adat atau budaya belaka. Kenapa saya menyebutnya budaya ??? Ritual tersebut tak pernah dilakukan oleh Rosululloh dan para sahabatnya. Para imam madzab-pun tak pernah mencotohkannya, kalaupun ada pendapatnya lemah atau minimal masuk pada ranah khilafiyah.
Mereka begitu memegang teguh acara-acara pasca kematian tersebut sampai tahap fanatik yang akut. Sayangnya mereka menutup mata atau mungkin nalarnya tertutup karena kefanatikannya ketika ritual yang utama seperti takziyah, menyolatkan jenazah, sampai menguburkannya diikuti seseorang - hanya karena ndak ikut ngaji, selamatan 7, 40, 100, dan atau mendak 1 dan 2 hingga 1000 harinya !!!
Ah sudahlah... dia menganggap saya sesat ( padahal yang saya lakukan itu nyunnah ) tanpa disadari dia sesat terlebih dahulu. Dan semoga kesesatan justru Alloh timpakan kepadanya.